Seminar “inclusive Development For Sustainable Future” Menyiapkan Mahasiswa Dalam Dunia Kerja

Seminar  “Inclusive Development for Sustainable Future” Menyiapkan Mahasiswa Dalam Dunia Kerja

Selain itu, diyakini juga bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika produksi dan konsumsi mengalami peningkatan. Berasal dari berbagai asumsi, pendekatan baru diusulkan, yakni dengan meningkatan kekuatan pertanian. Agar hasil pertanian meningkat dan berkecukupan makadiperlukan mekanisme industry modern. Namun di sisi lain, timbullah degredasi lingkungan dan kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

Kemiskinan dan kelaparan masih sering melanda terlebih di daerah yang kurang maju. Alhasil dengan berbagai pendekatan yang telah ada dan pertumbuhan sektor modern, ke semuanya belum tentu diikuti dengan peningkatan kemakmuran yang berkelanjutan. Bahkan, pembangunan seolah bersifat eksklusif yakni hanya diperuntukkan untuk kelompok tertentu.

Karena itu, pelaksanaan pembangunan inklusif dan berkelanjutan merupakan suatu alternatif yang cukup signifikan. Namun, mekanisme dalam mengimplementasikan pembangunan inklusif mesih belum banyak dilakukan.

Demikian hasil pembahasan dari seminar internasional “inclusive development for sustainable future” pada kamis(29/1) lalu di Lecture Hall Lt. 2, Badran, Kampus Universitas Janabadra Yogyakarta. Hadir sebagai pembicara Prof. Ann Tickmayer (Pennsyl-vania State University), Dr.Ferry Jie (RMIT Melbourne) dan Prof. Dr. Haryono Suyono (Ketua Yayasan Damandiri).

“Pembangunan bersifat inklusif, dalam arti yakni siapa saja harus berpartisipasi terutama keluarga miskin dan termarginal. Yayasan Damandiri juga melakukan kerjasama dengan universitas-universitas dalam kegiatan pemberdayaan keluarga di Indonesia, yakni melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik”, tegas Prof Haryono.

“Kegiatan pemberdayaan tersebut diberi nama Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Mahasiswa berkomitmen untuk menerapkan ilmunya di pedesaan yang terpencil, dan hal utama yang dilakukan adalah mapping pada keluarga yang kurang mampu. Hal ini merupakan langkah awal dalam pengentasan kemiskinan”, imbuhnya.

Yayasan Damandiri juga mengakomodasi dosen-dosen, lembaga-lembaga, staf pemerintah daerah, dan sukarelawan yang akan memberikan sumbang sih dalam mengembangkan posdaya. Mereka yang di-traininng akan melakukan kerjasama dengan Puskesmas dan BKKBN, membangun kebun nutrisi keluarga, serta merencanakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD merupakan salah satu program pos daya karena dengan adanya PAUD ibu-ibu rumah tangga mampu berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya, terutama program pelatihan dalam meningkatkan kemampuan ekonomi. Langkah awal yang dilakukan Posdaya, yakni bagaimana supaya sumber daya alam dapat tersedia bagi penduduk sekitar. Program pelatihan dilakukan secara bertahap dimulai dengan cara yang paling sederhana hingga tingkat modern disesuaikan dengan teknologi yang diterapkan pada komunitas yang ditargetkan.

Sebanyak 286 universitas telah berpartisipasi dalam kegiatan Posdaya. “Dengan adanya keterlibatan dari mahasiswa diharapkan pengentasan kemiskinan mampu dijalankan”, ungkap Prof. Haryono. Hal senada juga diungkapkan Dr.Ir.Suharyanto MSCE, Rektor Universitas Janabadra Yogyakarta, yakni ”Mahasiswa mampu memberikan inovasi-inovasi baru mengembangkan potensi desa dengan memanfaatkan fasilitas ilmu dan teknologi yang ada”.

Banyak potensi-potensi desa yang belum terekspose di kancah nasional contohnya adalah susu Boyolali. “Mahasiswa diharapkan mampu menjadi inspirasi dalam melakukan sesuatu yang diupayakan oleh masyarakat”, ungkap Prof. Haryono. Di sisi lain mahasiswa juga harus siap dalam menapaki dunia kerja. “Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh mahasiswa dalam persiapan menapakai dunia kerja yang pertama adalah bahasa, kedua aspek kepemimpinan, dan ketiga adalah kerjasama. Tanpa adanya kerjasama sepandai apapun seseorang pasti akan hilang dengan sendirinya. Adanya kerjasama dapat memunculkan sesuatu yang awalnya tidak ada. Di Indonesia sekarang ada yang namanya kolaboratif ekonomi yang mana sudah ada valuenya sejak dulu, namu hilang dan sekarang belajar lagi justru dari orang barat,” ungkap Cungki Kusdarjito PhD, Wakil Rektor IV Universitas Janabadra Yogyakarta bagian Kerja Sama dan Pengembangan.

“Adanya seminar ini diharapkan agar kita mampu berpikir, bagaimana agar semua orang bisa terlibat dalam pembangunan dan perbaikan dalam menumbuhkan masa depan bangsa, tidak terkecuali wanita dan kaum difabel yang selama ini termarginalkan,” imbuh Cungki.

 

Sumber : Kedaulatan Rakyat, 3 Februari 2015

 

 

Dibaca: 534x

Komentar

  1. -- tidak ada komentar --

Tinggalkan Komentar

Data email anda tidak akan kami publish.


CAPTCHA Image